Friday, September 2, 2011

Catatan Idul Fitri 1432 H.

Berbeda lagi perayaan Idul Fitri di tanah airku, dari memori yang masih tersimpan dalam ingatanku, ini adalah penetapan hari raya terheboh kedua; pertama (aku lupa tahun berapa) adalah saat lebaran diumumkan Masjid Besar Al Muttaqin Kaliwungu pada pukul 05.00 WIB; padahal malamnya semua orang masih santap sahur. Tapi sholat Idul Fitri baru didirikan hari berikutnya.

Kehebohan saat itu terjadi di pasar, mendadak semua orang berbondong-bondong belanja untuk menyiapkan menu lebaran sebagaimana lazimnya; ketupat/ lontong, sambal goreng, dan opor ayam. Alhamdulillah keluarga kami memang sudah menyiapkan lebaran hari itu dan langsung berangkat ke Lapangan Brimob Kaliwungu untuk mengikuti Sholat Idul Fitri.

Tahun ini sedikit lebih ribet dirasakan masyarakat awam. Sebagian besar orang sudah menyiapkan menu lebaran pada Senin sore untuk dinikmati pada Hari Selasa. Tapi Pemerintah menetapkan Idul Fitri 1432 H. jatuh pada Hari Rabu. Banyak yang gelisah, kurang afdhol kalau lebaran tidak ada menu lebaran. Sementara menu yang disiapkan sudah dinikmati untuk buka puasa dan santap sahur. Kalau mau menyiapkan hidangan lagi, artinya dibutuhkan biaya lagi, padahal keadaan ekonomi masih sulit. Belum lagi rasa bosan yang menghinggapi karena harus makan menu yang sama tiga hari berturut-turut; Senin malam, Selasa Pagi, Selasa malam dan Hari Rabunya...

Yang jelas, kita merayakan lebaran hari apapun, bulan di langit sudah berbicara sendiri. Bulan yang tak sempat dan tak bisa berbohong terutama di saat purnama.

Alhamdulillah selesai sholat Id Hari Selasa, kami sempat bersilaturahmi ke Jogja, yang aroma lebaran hari itu sangat terasa. Acara saling berkunjung ke tetangga dan sanak saudara sudah berjalan seperti lebaran biasa.


Ada rumor yang menyebutkan bahwa lebaran kali ini adalah lebaran politis. Karena Muhammadiyah sudah menetapkan lebaran tahun ini jatuh Hari Selasa, jauh hari sebelum Bulan Ramadhan tiba, sementara pada pemilu 2009 Muhammadiyah tidak mendukung presiden terpilih saat itu, sehingga pemerintah menetapkan Idul Fitri yang berbeda dengan Muhammadiyah.

Terlepas dari kasak-kusuk yang mengatakan bahwa lebaran kali ini adalah lebaran politis, lebaran kali ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia di akar rumput sudah semakin dewasa dalam menyikapi perbedaan. Kebebasan beragama tergambar jelas saat ini.
Meskipun akhirnya banyak acara silaturahmi keluarga yang berantakan karena yang satu sudah lebaran, yang lain belum. Semoga perbedaan ini menjadi paduan yang indah seindah pelangi.

No comments:

Post a Comment